Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan pentingnya dilaksanakan merger bank-bank syariah BUMN dengan entitas penerima yakni PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) dan nama barunya yakni PT Bank Syariah Indonesia Tbk, selalu dengan kode saham BRIS.
Erick menegaskan Indonesia sebagai negara yang populasi Muslim terbesar dunia, pasar keuangan syariah Indonesia kudu mempunyai sistem, pelayanan, dan pendanaan yang sanggup mengakomodasi potensi pasar yang besar tersebut.
“Tidak kalah perlu inisiasi kita merger bank syariah. Karena kita termasuk sesungguhnya kudu terbuka, bahwa proses layanan pendanaan kita tersedia yang namanya syariah. Kita sebagai negara yang populasi Muslim terbesar, kudu mempunyai proses ini,” kata Erick dalam forum Indonesia Digital Conference 2020, Rabu (16/12/2020).
Erick mengatakan, selama ini perbankan syariah tidak mempunyai tingkat kompetisi yang amat kuat. “Alhamdulillah dengan merger bank syariah sanggup meningkatkan, memposisikan bank syariah di Indonesia sanggup top 10 di antara bank-bank besar yang tersedia di Indonesia.”
Baca:Di Depan Direksi BUMN, Erick ‘Senggol’ Lagi Performa Telkom https://www.cekatm.com
“Dan kita menargetkan bank syariah yang dikonsolidasikan ini di tahun 2025 sanggup masuk top 10 dunia. Hal ini sebagai alternatif. Sama seperti korporasi, UMKM, kita termasuk kudu berbicara syariah.”
Dia mengatakan, tujuannya ialah untuk mendukung, memudahkan, modal berasal dari inisiasi berasal dari entrepreneur yang bakal terhubung dan mengembangkan lapangan kerja.
“Karena perlu pembukaan lapangan kerja tidak sanggup bersangga kepada pemerintah atau BUMN, tetapi dengan banyak pengusaha, pembukaan lapangan kerja sanggup ditingkatkan,” katanya.
Sebagai informasi, Kementerian BUMN Tiga bank syariah BUMN itu yakni BRISyariah, PT Bank Mandiri Syariah dan PT Bank BNI Syariah. BRIS merupakan survivor entity yang menerima penggabungan tiga bank tersebut.
Baca:Tertinggi Sepanjang Sejarah, Mau Dibawa ke Mana Saham BRIS?
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Selasa kemarin, BRIS resmi menunjuk sejumlah nama menjadi pengurus bank tersebut.
Hery Gunardi yang sementara ini menjabat sebagai Ketua Project Management Office merger tiga bank syariah milik BUMN ditetapkan menjadi direktur utama.
Hery Gunardi menyebutkan seluruh proses dan tahapan-tahapan merger bakal terus dikawal hingga penggabungan ketiga bank syariah BUMN selesai dilakukan.
“Kehadiran Bank Syariah Indonesia bakal menjadi tonggak kebangkitan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, entitas baru ini pasti perlu identitas yang kuat dan Direksi yang memiliki pengalaman untuk menggerakkan operasionalnya,” kata Hery, mantan Wadirut Bank Mandiri, dalam siaran persnya.
Perubahan nama berikut termasuk diikuti dengan pergantian logo. Kantor pusat Bank Hasil Penggabungan bakal berada di Jl. Abdul Muis No. 2-4, Jakarta Pusat, yang di awalnya merupakan kantor pusat BRIS.
Bank Hasil Penggabungan bakal lakukan kegiatan bisnis pascamerger di kantor pusat, cabang, dan unit eksisting yang di awalnya dimiliki BRISyariah, Bank Syariah Mandiri, dan juga BNI Syariah.
Perubahan Ringkasan Rencana Merger termasuk berisi rencana pergantian struktur organisasi Bank yang Menerima Penggabungan yakni BRI Syariah.
Bank Hasil Penggabungan nanti bakal mempunyai aset menggapai Rp214,6 triliun dengan modal inti lebih berasal dari Rp20,4 triliun. Jumlah aset dan modal inti berikut menempatkan Bank Hasil Penggabungan dalam daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia berasal dari sisi aset, dan TOP 10 bank syariah terbesar di dunia berasal dari sisi kapitalisasi pasar dalam 5 tahun ke depan.
Selain mempunyai aset dan modal inti besar, Bank Hasil Penggabungan termasuk bakal didukung dengan keberadaan lebih berasal dari 1.200 cabang, 1.700 jaringan ATM, dan juga didukung 20.000 lebih karyawan di seluruh Indonesia, Bank Hasil Penggabungan bakal sanggup menambahkan layanan finansial berbasis syariah, layanan sosial lebih-lebih spiritual bagi lebih banyak nasabah.